Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag. MA. Ph.D., Lakukan Pembinaan Tata Kelola Kepada Civitas Akademik STIT Togo Ambarsari Bondowoso

BONDOWOSO – Selepas memberikan tausiyah akademik di hadapan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Togo Ambarsari dalam Stadium General bertajuk “Kontekstualisasi Pendidikan Islam di Era Transformasi Digital”, oleh Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag. MA. Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya sekaligus Koordinator Kopertais Wilayah IV melakukan sesi pertemuan khusus dengan Civitas Akademik kampus. Sabtu, (18/09/2021)

Pertemuan khusus ini direncanakan sebagai sebuah sesi arahan tata kelola dan tata pamong Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Togo Ambarsari Bondowoso demi upaya lanjutan dari komitmen bersama untuk memperbaiki kampus secara berkesinambungan.

Ketua panitia acara ini, Ali Wafi, M.Pd.I yang juga menjabat sebagai Ketua LPM mengafirmasi  “Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag. MA. Ph.D. sudah kami sediakan ruang khusus untuk bertemu dengan civitas akademik kampus STIT Togo Ambarsari Bondowoso agar terjalin komunikasi yang lebih terbuka dan akrab. Perihal ini kami kemas dalam bentuk ‘Pembinaan Tata Kelola PTKIS’ oleh Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag. MA. Ph.D koordinator Kopertais IV terhadap seluruh Civitas Akademik.” Jelasnya

Hadir dalam ruang pertemuan Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag. MA. Ph.D., bersama Tim Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, diantaranya, Dr. Abdul Wahid selaku Wakil Rektor III, Dr. Moh. Syaeful Bahar selaku Staf Ahli Dewan Pendidikan Kabupaten Bondowoso sekaligus Dosen Tetap UINSA Surabaya dan Ibu Emy sebagai penanggung jawab kerjasama.

Dalam Sesi khusus ini, Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag. MA. Ph.D., menyampaikan sebuah konsep dasar dalam bangunan pengelolaan kampus yang ia kemas dalam istilah, Arkanul Jami’ah. Arti literalnya adalah Rukun-Rukun perguruan Tinggi.

“Perguruan tinggi sebagai sebuah organisasi, apalagi yang masih baru berdiri, mesti dibangun dalam asas solidaritas dan kebersamaan antar elemen, baik secara emosional maupun rasional. Maksudnya, solidaritas emosional berkaitan dengan persamaan komitmen dan persepsi dalam memajukan perguruan tinggi.

Sedang solidaritas rasional adalah distribusi kerja yang disesuaikan dengan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) masing-masing sesuai dengan anatomi peran dalam organisasi.” Ungkapnya

Hal ini baginya, efektif dalam meredam konflik kepentingan personal sekaligus menjaga keberlanjutan kerja dalam jangka panjang.

“Apabila sebuah institusi telah tumbuh besar, maka penyakitnya, biasanya yang muncul yakni ada perasaan lebih atau merasa lebih berperan dibandingkan dengan yang lain, dan itu tidak boleh terjadi. Semua harus merasakan bahwa kemajuan yang telah dicapai adalah hasil dari upaya semua elemen secara kolektif.” Tambah Prof. H. Masdar Hilmy

Beliau melanjutkan “Sedangkan rukun setelahnya adalah hubungan peran antar elemen struktural yang sistematis dan koordinatif. Hal ini karena arsiran-arsiran tugas yang saling terkait antar elemen struktural adalah sebuah keniscayaan. Akibatnya, relasi lintas sektor harus baik, sehingga pada akhirnya akan terbentuk Good and Clean University Governance.”

Setiap pengelola perguruan tinggi harus menghargai proses. Artinya, mengutamakan data. “Jangan berbicara tentang perguruan tinggi berdasar narasiargumentasi atau alibi, biasakanlah berbicara berdasarkan data.” Tegas Prof. H. Masdar Hilmy.

Terakhir, Prof. H. Masdar Hilmy menyampaikan bahwa pendidikan perguruan tinggi harus memasang tiang-tiang pancang sebagai target secara periodik. Setiap pendidikan tinggi harus memiliki rencana-rencana target berjangka yang di-break down dari Visi dan Misi Institusi menjadi Rencana Induk Pengembangan, Renstra dan Rencana Operasional serta lain sebagainya.(AGF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.