Ber-Islam Nusantara di Stadium General STIT Togo Ambarsari

 

Rabu (09/09/2020) – Di awal tahun akademik 2020-2021, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Togo Ambarsari berhasil menghadirkan seorang pakar kajian Islam, yakni Dr. KH. Nawawi Thabrani, M.Ag. Beliau adalah dosen senior di Universitas Ibrahimy Situbondo dan Tenaga Pendidik Ma’had Aly Sukorejo. Beliau diminta untuk menghadirkan gambaran awal sebagai pemantik semangat akademik dalam benak mahasiswa dalam sebuah studium general bertajuk “Islam Nusantara, Potret Dialektika Islam dan Budaya”.

Islam Nusantara dianggap sebagai pijakan paradigma awal dalam membangun semangat mendalami keilmuan pendidikan dan kependidikan Islam. Hal ini tak lain karena Islam Nusantara yang identik dengan Islam ahlus sunnah wal jamaah an-nahdliyah adalah wadah besar wawasan kajian keilmuan di STIT Togo Ambarsari. Pernyataan ini disarikan dari penyampaian Dr. Hasan Syaifullah, M.Pd.I selaku ketua senat kampus dalam sambutannya.

Dikonfirmasi via whatsapp, Misbahul Munir selaku ketua I yang mengurusi bidang akademik juga menyampaikan hal yang tak jauh berbeda. Menurutnya, wacana yang dikembangkan dalam kajian pendidikan dan kependidikan Islam di kampus ini tak akan lepas dari akar aslinya, yakni khazanah Islam yang telah terasimilasi secara dialektis dengan budaya nusantara. Sebuah keberislaman yang menyublim sebagai nafas dalam budaya masyarakat sebagai nilai-nilai yang dianut tanpa merusaknya.

Tambahan lain, Muhammad Daimul Ichsan selaku ketua Badan Eksekutif Mahasiswa STIT Togo Ambarsari berkata, “ adanya studium general seperti ini adalah pemantik semangat akademik terutama setelah lama pembelajaran dilakukan secara daring, lebih lagi tema kajian yang disajikan adalah dasar dalam konstruksi keilmuan pendidikan Islam dan manajemennya”.

Dalam kesempatan itu, Dr. Nawawi menyampaikan bahwa Islam yang terejawantah dalam praktik muslim Nusantara adalah Islam yang fleksibel, adaptatif dan moderat. Menurutnya,  selama masih selaras dengan substansi ajaran islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW maka Islam dalam ajaran dan praktiknya adalah yang shahih. Kesimpulannya adalah Islam Nusantara adalah cara berislam yang substansial yang tidak hanya sibuk bergelut dalam domain permukaan namun keberislaman yang berbasis pada maqhasid syari’ah. (dila)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.