Pendidikan adalah sebuah proses yang substansial dalam kehidupan setiap manusia. Pasalnya, manusia sebagai makhluk dengan potensi akal dalam dirinya, mengandaikan sebuah proses pengembangan pribadi secara menyeluruh baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu pula, pemenuhan identitas kemanusiaan baik secara intelektual, emosional dan spiritual hanya dan hanya dapat diperoleh dengan pendidikan sebagai jalan utama dan satu-satunya.
Secara umum, proses pendidikan didasari oleh proses interaksi baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan Tuhan dan dengan alam semesta raya. Artinya, basis dari proses pendidikan dalam kerja kemanusiaan adalah interaksi. Namun perlu dicatat, interaksi edukatif atau interaksi yang bernilai pendidikan hanya akan terjadi dengan kesadaran mengembangkan pribadi sebagai dasar. Tanpa itu, maka interaksi yang dilakukan oleh manusia hanya akan menjadi rutinitas tanpa nilai pendidikan di dalamnya.
Dalam konteks berkehidupan hari ini, lebih khusus lagi berpendidikan hari ini, kita dihadapkan pada suatu kondisi yang sama sekali baru, yaitu pandemi covid-19. Pandemi ini merombak sistem kehidupan sosial yang telah berabad-abad dibangun dengan tuntutan utama yaitu social distancing.
Selama sebelum pandemi ini, manusia dalam kodratnya sebagai makhluk sosial melakukan interaksi dengan sesamanya tanpa batas dan tidak berjarak dalam bekerja sama dan membangun keakraban. Namun hari ini, pandemi ini menuntut manusia berinteraksi dalam batas tertentu dan berjarak.
Tentunya, hal ini merombak inti dari sistem interaksi sosial antar individu dalam masyarakat sehingga tak ayal, pandemi yang berdampak pertama pada sistem sosial ini kemudian berdampak pula pada sistem ekonomi, politik dan budaya. Dalam hal ini, pendidikan merupakan subsistem dari sistem budaya.
Dalam mode baru interaksi sosial di tengah pandemi ini, sistem pendidikan konvensional yang mengharuskan tatap-muka harus bertransformasi menjadi pendidikan berbasis jaringan internet. Proses adaptasi ini secara umum dikenal dengan perubahan dari sistem pembelajaran luring menjadi pembelajaran daring.
Sebuah proses yang berusaha menjadikan pendidikan dilaksanakan dengan melampaui pembatasan sosial karena tuntutan pandemi. Karena ini adalah sistem yang relatif baru dalam penerapannya di dunia pendidikan, maka tak ragu kalau banyak masalah yang muncul terutama terkait efektifitas.
Sistem ini secara mendasar adalah adopsi dari sistem komunikasi media sosial yang kian hari semakin maju dan canggih seperti layanan komunikasi chat, suara bahkan tatap muka via layar. Kesemuanya tentu hanya merubah tataran permukaannya saja, namun substansinya sama yaitu interaksi interpersonal–komunikatif dalam masyarakat.
Pembelajaran dan perkuliahan dilaksanakan secara daring dan kebanyakan dilaksanakan via whatsapp, sebuah aplikasi layanan komunikasi sosial via android. Hal ini adalah wujud transformasi interaksi edukatif dari sistem konvensional menjadi berbasis media sosial khususnya whatsapp.
Sebetulnya masih ada beberapa media lain sebagai alternatif yang digunakan untuk memfasilitasi interaksi edukatif antara lain Zoom Meeting, Google Meet, Google Classroom, dan lain sebagainya.
Berdasar pada evaluasi kerja, serta laporan pembelajaran-perkuliahan tenaga pendidik di akhir semester ini, maka dihasilkan sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran tidak efektif karena baik subjek pembelajar. Pendidik dan peserta didik mengalami problem masing-masing dan materi juga tak sepenuhnya bisa dicerna karena keterbatasan komunikatif. Tentunya, dalam konteks ini, pendidikan perlu dimaknai dalam maknanya yang paling luas dan dihayati lebih mendalam sehingga menyentuh relung kesadaran kemanusiaan.
Artinya, setiap subjek pendidikan perlu membangun kesadaran bahwa setiap interaksi yang ia lakukan dalam hidup adalah sebuah proses pendidikan. Secara luas, pendidikan ada dalam setiap sendi kehidupan. Pendidikan yang identik dengan ‘mencari ilmu’ tidak sesempit definisi bersekolah. Pendidikan mencakup kehidupan secara luas sehingga konsep long life education dan konsep Uthlubul Ilma minal Mahdi ilal Lahdi adalah sebuah keniscayaan relevansi terutama dalam konteks pandemi ini. (Helmi Sodri (Mahasiswa Semeseter VII Prodi PAI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Togo Ambarsari Bondowoso)